Pesan Berantai Pancing Hujan Dengan Baskom Berisi Air Garam Tidak Benar, Belum Terbukti

0
1608
Ilustrasi Gambar Hujan
Ilustrasi Gambar Hujan
Ilustrasi Gambar Hujan
Ilustrasi Gambar Hujan

merahbirunews.com, Pesan Berantai Broadcast Message Pancing Hujan Dengan Baskom Berisi Air Garam Tidak Benar, Belum Terbukti. Sejak beberapa wilayah Indonesia terkenda dampak pembakaran lahan hutan yaitu asap yang pekat dan tak kunjung hujan, muncul beberapa informasi yang simpang siur yang beredar melalui pesan berantai broadcast message via BBM, maupun via status di jejaring sosial. Namun, tahukah kalian bahwa pesan berantai yang isinya tentang cara agar cepat hujan dengan baskom berisi air garam itu merupakan informasi yang belum terbukti ? Bahkan pesan berantai yang mencatut nama BMKG itu segera mendapat respon dari status Fanspage Facebook dari www.bmkg.go.id bahwa informasi yang beredar bukan merupakan saran dari BMKG, entah siapa yang memulai membuat pesan berantai tersebut.

Himbauan BMKG Terkait Pesan Broadcast Pancing Air Hujan Dengan Baskom Berisi Air Garam
Himbauan BMKG Terkait Pesan Broadcast Pancing Air Hujan Dengan Baskom Berisi Air Garam. [source]

Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG, Hary Tirto Djatmiko menegaskan isi pesan berantai tersebut salah alias hoax.

“Broadcast itu hoax. Pesan itu juga pernah terjadi di bulan September dan sudah pernah diklarifikasi,” ucap Hary dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/10/2015) yang kami kutip melalui detikcom.

Hary mengimbau agar masyarakat tidak percaya begitu saja dengan pesan berantai yang tidak jelas sumbernya. Menurutnya air garam dalam baskom itu tidak bisa membuat uap dan menyebabkan hujan turun.

“Analogi mudahnya seperti ini, jangankan sebaskom air, baskom sebesar lautan dan samudera saja belum bisa serta merta membuat uap air di udara jadi jenuh dan turun hujan,” katanya.

Pesan Broadcast Pancing Hujan Dengan Baskom Berisi Air Air Garam BMKG
Pesan Broadcast Pancing Hujan Dengan Baskom Berisi Air Air Garam BMKG

Selain itu, pesan berantai menciptakan hujan tersebut juga menuai tanggapan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberi penjelasan soal ramainya pesan berantai berisi ajakan cara memancing hujan menggunakan baskom berisi air garam. BPPT menegaskan menciptakan hujan bukan sesederhana itu.

“Dengan 1 ember air tiap rumah dan ajakan ratusan ribu rumah, berharap ada jutaan meter kubik uap air. Dengan asumsi 1 ember sama dengan 10 liter air, maka total air yang hendak diuapan hanya ribuan meter kubik. Diperlukan ratusan juta ember untuk mendapatkan jutaan meter kubik. Itu pun jika semua air yang ditempatkan di ember menguap semua. Dan dipastikan tidak akan mungkin,” kata Peneliti Meteorologi Tropis BPPT Tri Handoko Seto dalam keterangannya, Sabtu (12/9/2015).

Menurut Tri, hujan bukanlah mekanisme semikro itu. Perlu banyak persyaratan agar terbentuk awan hujan. Selain penguapan yang sangat banyak, juga perlu pola angin tertentu yang mengarahkan uap air sehingga terjadi kondensasi di suatu wilayah.

“Tentu saja ini terkait dengan kondisi cuaca skala luas. Keberadaan gunung bisa saja mengakibatkan terbentuknya awan, tetapi untuk menjadi hujan juga perlu lingkungan yang mendukung,” lanjutnya.

Pada saat ini, air laut di sekitaran Jambi, Sumsel dan Riau tetap menguap airnya. Namun pola angin mengakibatkan uap air tertarik ke utara dan timur laut. Sehingga awan terbentuk di wilayah utara dan timur laut wilayah Indonesia.

Namun bukan tidak mungkin tiba-tiba terjadi perubahan pola angin pada skala yang lebih kecil sehingga terbentuk awan. Tim BPPT telah siaga untuk menyemai awan yang mungkim tumbuh agar bisa menjadi hujan.

Bagi Tri, yang terpenting saat ini kita harus bisa menjaga agar jangan ada lagi pembakaran lahan maupun hutan di saat kemarau. Jika melihat pelaku kebakaran, langsung laporkan ke pihak berwajib. Atau kita juga bisa saja bergabung ke dalam gerakan-gerakan pemadaman kebakaran hutan dan lahan.